Sunday 17 November 2013

Saya Resmi Bertitel Mahasiswa


Mungkin seharusnya tulisan ini saya tulis dua tahun yang lalu, yakni tepat tanggal 15 agustus 2011. Ada apa dengan tanggal tersebut?? Mungkin tak ada istimewanya bagi teman-teman, namun sangat penting bagi saya. Kenapa?? Tentu saja sangat penting bagi saya, soalnya pada hari itu saya resmi jadi mahasiswa Universitas Islam Riau.
Saat itu pagi kira-kira pukul 06.30 saya berangkat menuju kampus UIR. Bertepatan saat itu adalah bulan ramadhan. Masih cukup pagi sih sebenarnya, maklumlah mahasiswa baru, jadi masih rajin-rajinnya. Namun sesampainya di kampus ternyata sudah sangat ramai. Memang pada hari itu seluruh mahasiswa baru dikumpulkan, tepatnya di stadion mini Universitas Islam Riau.

mahasiswa dikumpulkan di stadion mini UIR
Sekitar enam ribuan mahasiswa dikumpulkan di stadion tersebut. Seluruhnya memakai pakaian putih dan celana/rok hitam, serta memakai baju almamater kebanggaan Universitas Islam Riau berwarna biru. Seru juga ngeliatnya, nampak kompak. Saya yang jurusan Teknik Sipil berbaris di barisan Fakultas Teknik. Mahasiswa di Fakultas Teknik ini ternyata sangat kompak. Mungkin karena dominan mahasiswa dari pada mahasiswi. Sehingga sangat keras saat teriak yel-yel.
Namun pada hari itu tidak banyak yang dilakukan di lapangan stadion tersebut, soalnya lagi bulan puasa. Jadi dari jam 07.00 sampai sekitar jam 10.00 kami hanya mendengarkan ceramah-ceramah dari Rektor, para dekan masing-masing fakultas serta organisasi-organisasi yang ada di lingkup universitas saja.
Setelah itu barulah kami diarahkan ke fakultas masing-masing. Singkat cerita kami diarahkan menuju Fakultas Teknik dan didampingi oleh pengurus BEM Teknik. Kemudian kami dibariskan di lapangan teknik. Disini kami juga diberi pengarahan oleh pihak fakultas. Mulai dari sambutan Dekan, Dosen dan juga organisasi yang ada di Fakultas Teknik. Intinya mereka memperkenalkan apa yang ada di Fakultas Teknik. Sehingga dari situ saya mendapatkan pengetahuan dan semangat baru tentang dunia teknik yang sebenarnya.

Suasana saat berkumpul di lapangan Fakultas Teknik
Di hari-hari pertama perkuliahan saya mendapatkan banyak teman baru dari berbagai daerah. Tentunya juga mendapatkan pengalaman baru. Dan yang terpenting impian saya menjadi seorang mahasiswa teknik terwujud. Semoga saya slalu diberi kemudahan dalam menyelesaikan study saya ini. Amiinn.


By: Arda Dwi Cahyo Ruspianof

3 Tahun Di Dusun Bernama Kumu


Foto saat pulang sekolah bersama teman-teman sekos
Mungkin anda yang belum pernah mendengar nama ini terasa asing. Yah, itulah Kumu. Sebuah dusun yang berada di Kecamatan Rambah Hilir, Kabupaten Rokan Hulu. Kira-kira berjarak 10 km sebelah utara Kota Pasir Pengaraian, ibukota Kabupaten Rokan Hulu.
Ada apa dengan Kumu?? Lalu apa hubungan saya dengan Dusun Kumu ini?? Yang jelas, tiga tahun lamanya saya menghabiskan waktu di daerah ini. Tiga tahun dari hidup saya adalah disini. Banyak hal yang aku dapat didaerah ini. Itu karena saya pernah sekolah di Dusun Kumu ini.
SMA Negeri 2 Rambah Hilir (Berwawasan Keunggulan), Simpang Kumu – Rokan Hulu. Nahh, itu merupakan nama dan alamat sekolah yang tertulis di papan nama sekolah saya. Itu akan selalu saya ingat.
Hujan rintik-rintik saat itu ketika aku berangkat dari rumah menuju calon sekolah yang saya inginkan, yakni Smanung. Smanung adalah singkatan dari SMA Unggulan, yakni sebutan lain dari sekolah ini. Singkat cerita akhirnya saya pun diterima di sekolah ini setelah melewati tes tertulis dan tes wawancara. Memang tergolong susah untuk dapat menjadi bagian dari siswa SMA terbaik di Rokan Hulu ini. Karena sekolah ini terbatas dalam menerima peserta didik. Sedangkan jumlah peminatnya sangat banyak. Oleh karena itu saya sangat bersyukur dapat menimba ilmu di sekolah ini.

Foto jalan-jalan ke Aek Martua saat saya kelas X
Di sekolah ini kami ditempa untuk menjadi siswa yang disiplin. Tiap hari belajar dari jam 07.30 serta pulang jam 16.00. Belum lagi jika mengerjakan tugas-tugas kelompok seperti latihan drama ataupun mengerjakan tugas lainnya. Jadi tidak ada banyak waktu untuk main-main selama menimba ilmu di sekolah ini. Awalnya saya pribadi merasa berat menjalaninya. Namun seiring berjalannya waktu saya mulai terbiasa. Mungkin inilah yang tidak didapatkan disekolah kebanyakan.
Jarak sekolah ini sangat jauh dari tempat tinggal saya, jadi mau tidak mau saya harus ngekos. Bagi saya itu tidak masalah, karna sejak lulus SD saya memang sudah ngekos. Saya tinggal bersama empat teman saya. Mereka semua seangkatan dengan saya. Mereka sangat baik dengan saya. Kami pun sudah seperti saudara. Jika ada teman yang mendapat masalah, maka kami semua tak segan-segan untuk saling membantu.

Foto jalan-jalan ke Danau Cipogas saat saya kelas XI
Setelah tiga tahun barlalu, akhirnya sampailah saatnya untuk menentukan tujuan selanjutnya, yakni kuliah. Kami pun berlima memiliki cita-cita yang berbeda. Namun meskipun demikian kami saling dukung satu sama lain. Kami yakin bahwa tiap diri kita memiliki potensi yang luar biasa. Kami yakin suatu hari nanti apa yang diimpikan bisa terwujud. Dan pada akhirnya kami bisa berjumpa dan bersama-sama lagi untuk mengingat kenangan indah yang telah kami ukir selama duduk di bangku sekolah.

Foto perpisahan kelas XII
Saat ini saya dan keempat teman saya sedang menempuh jenjang pendidikan di perguruan tinggi masing-masing. Saya masuk jurusan teknik sipil di Uir. Joko masuk jurusan teknik mesin di Unri. Rahmat masuk jurusan teknik perminyakan di Uir. Maman masuk jurusan teknik sipil di Upp. Serta Naldi masuk jurusan keperawatan di stikes Indonesia Padang.



Buat teman-teman semuanya, tetap semangat menjalani aktivitas dan kuliahnya.

 By: Arda Dwi Cahyo Ruspianof












Sunday 10 November 2013

Potret Indonesia

Ini adalah foto-foto khas dari sebuah identitas bernama ‘Indonesia’ dengan segala keunikannya yang tidak ada bandingannya dengan negara lain di dunia!! Ini adalah wajah khas Indonesia yang banyak orang tidak menduga dan membayangkannya. Sebuah suguhan kultural yang menarik dan nikmat dipandang.

Ini khas Indonesia. Berjualan dimana saja selagi ada tempat. Bahaya? Nomor tujuh!! Gak ada aturan kok. Selama pemerintah membiarkan dan tidak menyediakan sarananya berarti boleh.
















Naik public transport gimana aja caranya, selama polisi hanya menonton, tidak menegur dan tidak menilangnya. Yang penting sampai.
















  
Ini dia khas Indonesia yang lain. Tulisan-tulisan di truk sangat nikmat dicerna sebagai obat stress. Lihat saja contohnya di atas: “”Jail ih” (seorang anak menyingkapkan rok tante2 seksi). “Tak ada waktu untuk mama!”, “Pemburu Janda!” “Begini nasibku.” Yang lucu yang lain yang pernah saya baca misalnya: “Pulang malu tak pulang rindu,” “Antar istri, jemput pacar,” “Istighfar euy!” (nyindir pasangan yang sedang dilanda syahwat dalam mobil yang ada dibelakang truknya),” “Dirarang meroko sebelum ngopi!” Hahaha …. Dunia truk sngat menarik dan supir2 truk itu ternyata kreatif-kreatif juga. Kalimat-kalimat dan lukisan dalam truk adalah gambaran kehidupan para supir truk yang khas dalam dunianya 























Pesta rakyat Agustusan. Walaupun banyak yang mengkritik, peringatan kemerdekaan bangsa kok acaranya hanya gini-gini aja, kurang bermakna. Biarin aja! Jaman kolonial kita gak bisa beginian. Gawat, bisa di dor sama kumpeni!! Mau?? Jangan sentimenlah, yang penting rakyat senang. Kapan pemerintah dan pejabat kita akan menyenangkan rakyat?? Kapan? Ayo jawab?? Gak bisa jawab kan?? Ya iyya laah….. wong mereka cuma mikirin perutnya sendiri.


















Inilah satu-satunya cara kami menghentikan orang yang keasyikan berkuasa, lupa untuk giliran. Syusyah sih, sudah duduk lupa berdiri. Emang di negeri Indonesia yang besar ini hanya satu orang saja yang bisa jadi presiden? Enak aja. Gantian doong …!!! Syukurlah, sekarang sudah jamannya demokrasi.


















Gapleh semalaman. Ini yang gak ada di negara maju yang masyarakatnya sering stress berat bahkan sampai bunuh diri. Ngapain bunuh diri, ya gak? Sudah hidup ini cape, bunuh diri lagi. Bodoh amat! Mendingan begini: gapleh dan begadang semalaman. Yang penting senang! Etos kerja? Tahi kucing! Kayak gak tahu aja. Di Indonesia, kerja keras banting tulang juga tetap aja gak ngaruuh …!! Tetap aja miskin. Kemakmuran ekonomi bukan hak kita, tapi hak segelintir orang yang dilindungi oknum-oknum pejabat dan hak para koruptor. 













  




Makan nasi liwet dan berjamaah di atas daun. Lambang demokrasi, egalitarianisme, keadilan, transparansi, persamaan hak, kerakyatan, gotong-royong, kebersamaan, kesetaraan dan lain-lain. Begitu banyak nilai-nilai universal yang terkandung dalam “the great culture of liwet” ini 


















Ratu Nyi Roro Kidul. Yang khas juga dari Indonesia adalah legenda. Kepercayaan pada legenda itu kuat dan dimana-mana sebagai peninggalan Hindu. Orang sudah pergi ke bulan, matahari dan planet plotu, kita masih ngurus legenda. Diperlihara lagi, seperti kamar khusus Ratu Nyi Roro Kidul di Samudra Beach Hotel No 13 ini, di Palabuhan Ratu Sukabumi. Dalam foto, suaminya, pemilik blog ini, nampak sedang salaman dengan istrinya Nyai Sang Ratu yang sedang berbaring tidak kelihatan.  


















Inilah tamu setia dan sangat pasti yang khas datang ke Indonesia setiap musim hujan. Gak khas gimana, musim kering air surut, musim hujan pasti…pasti… dan pasti banjir. Gituuuu…. aja terus sepanjang tahun!! Akibat pembangunan yang tidak terencana, semrawut dan tidak dikendalikan, begitulah hasilnya. Di negara lain, ada juga dong banjir, tapi umumnya tidak terduga, misalnya karena badai topan dsb. Tapi indahnya Indonesia, banjir itu rutin alias selalu always. Tidak oleh badai, tapi oleh kekhasan Indonesia saja. Kalau musim hujan datang, haqqul yakin, pasti banyak banjir dimana-mana. Jangan tanya pemerintahlah, kesalahkaprahan pembangunan pemukiman sudah sangat parah. Coba gimana kita tidak bangga? Hidup Indonesia!!
  



















  


Pulang… pulang … pulang… !! Ini yang indahnya tiada duanya di muka bumi, yang paling ditunggu-tunggu keluarga Indonesia. Setelah lebaran lalu mudik. Aaakh asyiknya kumpul bersama keluarga… Mudik tidak ada di negara lain. Apapun dikorbankan demi mudik, walaupun datang ke kampung tinggal nama alias tewas di perjalanan. Biarin, yang penting mudik!! 













Macet Parah Bin Rutin. Ini yang membuat jutaan masyarakat Indonesia stress. Hiiyyy…… maceet, menyebalkan dan sangat menyiksa. Menurut para psikolog, banyak masyarakat kota Indonesia “sakit jiwa” tanpa disadarinya karena seringnya disergap oleh kemacetan yang parah ini. Macet ada di negara lain, tapi di Indonesia sangat parah dengan kesadaran masyarakat yang rendah di jalan raya, tidak teratur, ingin menang sendiri, saling serempet, saling potong, saling jegal, berhenti seenaknya, belok seenaknya. Pokoknya biadab lah. Makanya, hidup tuh sebenarnya enak dikampung: damai, tenang, segar, udara bersih. Asal sabar jangan ingin kaya. Tapi yaa, ingin kayak yang belum tentu membuat hidup bahagia inilah yang didambakan oleh kebanyakan masyarakat kita. Masyarakat kita lebih mementingkan gengsi sih… Punya mobil kan gengsi dan disebut “sukses”, biarin ngutang juga, biarin tiap hari macet parah juga, stress juga, yang penting kata orang hebat, sukses dan kaya. 













Anak jalanan. Ini juga khas Indonesia, setidaknya saya tidak pernah menemukan atau nonton di TV luar negeri, anak-anak dibawah umur mengemis di setiap stopan jalan. Keluarga miskin yang tidak diurus oleh negara sebagaimana diamanatkan UUD 1945, memanfaatkan anak-anaknya mengemis. Dinas sosial tidak kelihatan geraknya. Anjal stopan nampaknya adalah khas Indonesia. Kesulitan bertahan hidup membuat mereka kemana saja bergerak untuk bisa makan dan banyak dari mereka yang menjadikannya profesi.

















Makan dengan kerupuk. Pernahkah bro-bro melihat orang di luar negeri makan always with kerupuk? Kayaknya tidak ada. Tradisi makan yang dihiasi suara “krauuk … krauuk…” ini benar-benar khas Indonesia. Diluar negeri ada kerupuk, tapi bukan kerupuk seperti ini yang terbuat dari tepung (aci) gini. Mereka mengenal juga crakerskrackers mereka itu bukan temannya makan berat tapi sebagai snake atau cemilan. Jadi, makan “krauuk… krauuk” begini benar-benar khas Indonesia yang tidak ada dimana pun di pelosok muka bumi ini. Makan dengan kerupuk konon adalah tradisi wajib orang Jawa. Banyak orang Jawa tidak bisa makan tanpa adanya suara simfoni indah “krauk … krauuk” dari makhluk yang satu ini. Yu ah kita rame-rame bikin paduan suara orkestra nasional: “krauuk…krauuk… krauuk!!” yang sangat berbeda dengan kerupuk Indonesia. 













 Semoga Negara kita bisa berkaca.

Tulisan ini dikutip dari infospotlite.blogspot.com
 

10 Ikon Kota Jakarta


Jakarta, yang dahulu dikenal Sunda Kelapa (sebelum 1527), Jayakarta (1527-1619), Batavia (zaman Belanda 1619-1942), Jakarta (1942-1945) disebut Batavia, dan sekarang oleh orang asing disebut The Big Durian, adalah ibukota negara Republik Indonesia dan merupakan kota terbesar di Indonesia. Jakarta juga merupakan kota terpadat di Indonesia dan di Asia Tenggara. Jakarta memiliki luas sekitar 661,52 km² (lautan: 6.977,5 km²), dengan penduduk berjumlah 9.588.198 jiwa (2010). Wilayah metropolitan Jakarta (Jabotabek) yang berpenduduk sekitar 28 juta jiwa, merupakan metropolitan terbesar di Indonesia atau urutan keenam dunia.
Selain sebagai pusat pemerintahan, Jakarta juga merupakan pusat bisnis dan keuangan.  Saat ini, lebih dari 70% uang negara, beredar di Jakarta. Jakarta terdiri dari berbagai macam suku bangsa: Jawa (35,16%), Betawi (27,65%), Sunda (15,27%), Tionghoa (5,53%), Batak (3,61%), Minang (3,18%), Melayu (1,62%), Lain-lain (7,98%). Juga terdapat beraneka ragam agama: Islam (83%), Protestan (6,2%), Katolik (5,7%), Buddha (3,5%), Hindu (1,2%). Bahasa yang digunakan di Jakarta terdiri dari: Bahasa   Indonesia, Betawi, Jawa, Sunda, Minangkabau, Batak, Inggris.
Jakarta kini sudah berusia 485 tahun. Dalam jangka waktu tersebut, ada beberapa bangunan yang menjadi ikon di Jakarta kini. Kalau ke Jakarta tetapi belum melihat ikon ini, maka belum lengkap rasanya jalan-jalan di Jakarta. Ini adalah 10 bangunan yang menjadi ikon kota Jakarta kini. Hehehe, let’s check it out!!

1. Monumen Nasional (Monas)

Jakarta identik dengan Monumen Nasional (Tugu Monas). Bahkan dua puluh hingga tiga puluh tahun lalu, setiap pelajaran pengetahuan umum menyangkut Ibukota Negara, selalu disebut bahwa tempat wisata sekaligus ikon Jakarta adalah Tugu Monas. Monas terletak di jantung ibu kota Jakarta, kawasan ini disebut juga dengan Ring I Pemerintahan karena disisi-sisi Monas terletak pusat pemerintahan & yudisial.
Monumen Nasional yang terletak di Lapangan Monas, Jakarta Pusat, dibangun pada dekade 1961an.   Tugu Peringatan Nasional dibangun di areal seluas 80 hektar. Tugu ini diarsiteki oleh Soedarsono dan Frederich Silaban, dengan konsultan Ir. Rooseno, mulai dibangun Agustus 1959, dan diresmikan 17 Agustus 1961 oleh Presiden RI Soekarno. Monas resmi dibuka untuk umum pada tanggal 12 Juli 1975.   Pembagunan tugu Monas bertujuan mengenang dan melestarikan perjuangan bangsa Indonesia pada masa revolusi kemerdekaan 1945, agar terbangkitnya inspirasi dan semangat patriotisme generasi saat ini dan mendatang.   Tugu Monas yang menjulang tinggi dan melambangkan lingga (alu atau anatan) yang penuh dimensi khas budaya bangsa Indonesia. Semua pelataran cawan melambangkan Yoni (lumbung). Alu dan lumbung merupakan alat rumah tangga yang terdapat hampir di setiap rumah penduduk pribumi Indonesia.   Lapangan Monas mengalami lima kali penggantian nama yaitu Lapangan Gambir, Lapangan Ikada, Lapangan Merdeka, Lapangan Monas, dan Taman Monas.

2. Patung Selamat Datang – Bundaran Hotel Indonesia

Kalo ada orang Jakarta yang tidak tahu apa dan dimana Patung Selamat Datang – Bundaran HI, wah keterlaluan banget. Saat ini, gak klop rasanya ngomong Jakarta kalo gak ngomongin nih patung. Patung atau Tugu Selamat Datang di depan Hotel Indonesia ini dibuat dalam rangka persiapan penyelenggaraan ASIAN GAMES ke IV di Jakarta pada tahun 1962. Tujuan pembangunan patung ini adalah untuk menyambut tamu-tamu yang tiba di Jakarta dalam rangka pesta olah raga tersebut. Patung tersebut menggambarkan dua orang pemuda-i yang membawa bunga sebagai penyambutan tamu.
Pembuatan patung ini memakan waktu sekitar satu tahun. Diresmikan oleh Bung Karno pada tahun 1962.
Pada tahun 22 Juni 2002, tepat pada saat perayaan hari jadi kota Jakarta yang ke 475 air mancur di Bundaran HI itu direnovasi dengan biaya senilai Rp 14 miliar yang didapat dari hasil kompensasi sepuluh titik reklame. Patung ini hingga sekarang masih tetap merupakan patung kebanggaan kota Jakarta yang tidak pernah lelah menyambut dan mengucapkan selamat datang bagi para tamu pengunjung Ibu Kota Jakarta. Di bawah patung ini biasanya tempat demonstrasi paling sering karena mudah mendapat perhatian publik.

 



 3. Patung Arjuna Wijaya – Bundaran Thamrin

Nah ini patung adalah salah satu favorit saya selain patung Selamat Datang di Bundaran HI. Patung Arjuna Wijaya atau Patung Asta Brata, yang sering di sebut dengan nama Patung Kuda Setan, atau Patung Delman. Patung yang tepat berada di bagian depan Monas ini sangat menarik karena sedikit berbeda dengan kebanyakan patung yang berada di Jakarta, karena patung-patung yang ada sekarang ini lebih mencerminkan sosok atau model patung individu yang bermakna tertentu. Namun patung Arjuna Wijaya ini lebih memanjang horizontal dengan tambahan semprotan air pada bagian depan sampai belakang patung terlihat seperti kereta kuda tersebut sedang melintasi sungai. Patung ini  termasuk patung yang berumur lebih muda ketimbang patung-patung lainnya di Jakarta, patung ini  dibangun Agustus 1987. Patung Arjuna Wijaya ini merupakan hasil karya dari Nyoman Nuarta, makna dari patung ini adalah, menggambarkan sang Arjuna dalam perang Baratayudha yang kereta perangnya dikusiri oleh Batara Kresna. Kereta itu ditarik delapan kuda, yang melambangkan delapan ajaran kehidupan yang di idolai oleh presiden kedua kita yakni Presiden Soeharto. Asta Brata itu meliputi falsafah bahwa hidup harus mencontoh bumi, matahari, api, bintang, samudra, angin, hujan dan bulan. Di bagian depan patung itu ada sebuah prastati yang bertuliskan “Kuhantarkan kau melanjutkan perjuangan dengan pembangunan yang tidak mengenal akhir.”

 4. Patung Dirgantara (Pancoran) – Bundaran Gatot Subroto


Dibandingkan dua patung sebelumnya, patung yang satu ini memang kurang menarik. Tapi sewaktu saya belum pernah ke Jakarta, saya sering melihat patung ini di TV dan selalu menjadi ikon Jakarta. Patung Dirgantara di bundaran Jalan Jenderal Gatot Subroto (Seberang Wisma Aldiron Dirgantara, dahulu Markas Besar Angkatan Udara Republik Indonesia) dibuat berdasarkan rancangan Edhi Sunarso, dikerjakan oleh pematung keluarga Arca Yogyakarta pimpinan Edhi Sunarso. Ide pertama adalah dari Presiden Soekarno yang menghendaki agar dibuat sebuah patung mengenai dunia penerbangan Indonesia atau kedirgantaraan. Patung ini menggambarkan manusia angkasa, yang berarti menggambarkan semangat keberanian bangsa Indonesia untuk menjelajah angkasa.
Fakta unik tentang patung ini, biaya pemasangan patung ini pembiayaannya berasal dari kantung pribadi Bung Karno, yaitu dengan menjual sebuah mobil pribadinya. Wow, keren ya.. Pemasangan patung Dirgantara akhirnya dapat selesai pada akhir tahun 1966. Patung Dirgantara ditempatkan di lokasi ini karena strategis, merupakan pintu gerbang kawasan Jakarta Selatan dari Lapangan Terbang Halim Perdanakusumah selain itu dekat dengan (dahulu) Markas Besar Angkatan Udara Republik Indonesia.

 5. Patung Pahlawan (Tugu Tani)

Kebanyakan orang mengira dan menamakan patung ini Patung Petani atau Tugu Tani, karena patung ini menggambarkan seorang pria dan wanita, sang pria terlihat seperti seorang petani dengan topi caping yang menyandang senapan sedangkan wanitanya, seorang ibu yang sedang memberikan sesuap nasi kepada sang pria.
Patung Pahlawan yang berada di taman segitiga Menteng ini dibuat pematung kenamaan Rusia bernama Matvel Manizer dan Otto Manizer. Patung ini dihadiahkan oleh pemerintah Uni Soviet pada saat itu kepada pemerintah Republik Indonesia sebagai manifestasi dari persahabatan kedua bangsa.
Patung ini dibuat dari bahan perunggu, dibuat di Uni Soviet dan kemudian didatangkan ke Jakarta dengan kapal laut. Diresmikan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1963 dengan menempelkan plakat pada voetstuk berbunyi “Bangsa yang menghargai pahlawannya adalah bangsa yang besar”.
Pada kunjungan resmi Presiden Soekarno ke Uni Soviet pada akhir tahun lima puluhan, beliau sangat terkesan dengan adanya patung-patung yang ada di beberapa tempat di Moskow. Kemudian Bung Karno diperkenalkan dengan pematungnya Matvel Manizer dan anak laki-lakinya Otto Manizer. Bung Karno kemudian mengundang kedua pematung tersebut berkunjung ke Indonesia guna pembuatan sebuah patung mengenai perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaan, yang pada saat itu dimaksudkan untuk perjuangan membebaskan Irian Barat dari penjajahan Belanda.
Kedua pematung tersebut kemudian datang ke Indonesia untuk mendapatkan inspirasi untuk patung yang akan mereka buat. Mereka bertemu dengan penduduk setempat. Di suatu desa di daerah Jawa Barat mereka mendengar sebuah cerita atau kisah legenda mengenai seorang ibu yang mengantarkan anak lelakinya berangkat menuju ke medan perang. Untuk mendorong semangat dan keberanian sang anak agar bertekad memenangkan perjuangan, dan juga agar selalu ingat akan orang tua dan tanah airnya, maka sang bunda memberikan bekal nasi kepada anak laki-lakinya. Begitulah kisah yang mereka dengar dari rakyat di kawasan Jawa Barat. Berdasarkan pada cerita tersebut kemudian dibuatlah patung Pahlawan.
Alasan penempatan Patung Pahlawan di kawasan ini adalah karena tempatnya yang luas, memenuhi syarat untuk sebuah patung yang besar. Lokasi tempat tersebut sangat strategis karena merupakan titik pertemuan arus lalu lintas sehingga dapat terlihat dari berbagai penjuru. Tak jauh dari tempat ini terdapat Markas Korps Komando Angkatan Laut Republik Indonesia yang pada masa itu sedang berjuang membebaskan Irian Barat.

6. Patung Pemuda Membangun – Bundaran Senayan
Patung ini dibuat sebagai penghargaan untuk para pemuda dan pemudi dalam keikut sertaannya pada pembangunan Indonesia, dilambangkan dengan seorang pemuda kuat yang memegang piring berisi api yang tak pernah padam sebagai perwujudan semangat pembangunan yang tak pernah mati. Patung ini terbuat dari beton bertulang yang dilapisi oleh teraso, mulai dibangun pada bulan Juli 1971 oleh tim gabungan Insinyur, Seniman dan Arsitek (Biro IBA) dengan Imam Supardi sebagai pimpinan tim dan Munir Pamuncak sebagai penanggungjawab pelaksana, direncanakan untuk diremikan pada Hari Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1971, tetapi karena pembangunan belum selesai maka diresmikan pada bulan Maret 1972. Patung ini terletak pada Bundaran Senayan, tempat strategis sebagai titik temu antara Senayan sebagai pintu gerbang Jakarta Pusat dengan area Jakarta Selatan.

7. Masjid Istiqlal
Masjid Istiqlal adalah masjid yang terletak di pusat ibukota negara Republik Indonesia, Jakarta. Masjid ini adalah masjid terbesar di Asia Tenggara. Masjid ini diprakarsai oleh Presiden Republik Indonesia saat itu, Ir. Sukarno di mana pemancangan batu pertama, sebagai tanda dimulainya pembangunan Masjid Istiqlal dilakukan oleh Ir. Soekarno pada tanggal 24 Agustus 1951. Arsitek Masjid Istiqlal adalah Frederich Silaban.
Lokasi masjid ini berada di timur laut lapangan Monumen Nasional (Monas). Bangunan utama masjid ini terdiri dari lima lantai. Masjid ini mempunyai kubah yang diameternya 45 meter. Masjid ini mampu menampung orang hingga lebih dari dua ratus ribu jamaah.   Selain digunakan sebagai aktivitas ibadah umat Islam, masjid ini juga digunakan sebagai kantor Majelis Ulama Indonesia, aktivitas sosial, dan kegiatan umum. Masjid ini juga menjadi salah satu daya tarik wisata yang terkenal di Jakarta. Kebanyakan wisatawan yang berkunjung umumnya wisatawan domestik, dan sebagian wisatawan asing yang beragama Islam, tapi saya (Kristen) juga sudah mengunjungi masjid ini sampai ke dalam.

 8. Gedung DPR/DPD/MPR
Nah gedung yang satu ini memang selalu menjadi topik hangat sepanjang masa dan layak dijadikan salah satu ikon. Dengan bentuk kura-kura dan warna hijau yang unik, juga banyak peristiwa sejarah yang terjadi di sini, membuat orang akan terasosiasi dengan kota Jakarta bila melihat gedung ini. Didirikan pada 8 Maret 1965. Saat itu, Presiden Soekarno mencetuskan untuk menyelenggarakan CONEFO (Conference of the New Emerging Forces) yang merupakan wadah dari semua New Emerging Forces. Anggota-anggotanya direncanakan terdiri dari negara-negara Asia, Afrika, Amerika Latin, negara-negara Sosialis, negara-negara Komunis, dan semua Progresive Forces dalam kapitalis.   Conefo dimaksudkan sebagai suatu tandingan terhadap Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Melalui Keppres No. 48/1965, Soekarno menugaskan kepada Soeprajogi sebagai Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga (PUT). Menteri PUT kemudian menerbitkan Peraturan Menteri PUT No. 6/PRT/1965 tentang Komando Pembangunan Proyek Conefo.
Bertepatan dengan Perayaan Dasa Warsa Konferensi Asia-Afrika pada 19 April 1965 dipancangkanlah tiang pertama pembangunan proyek political venues di Senayan Jakarta. Rancangan Soejoedi Wirjoatmodjo Dpl Ing ditetapkan dan disahkan presiden pada 22 Februari 1965. Komplek Parlemen terdiri dari Gedung Nusantara yang berbentuk kubah, Nusantara I atau Lokawirasabha setinggi 100 meter dengan 24 lantai, Nusantara II, Nusantara III, Nusantara IV, dan Nusantara V. Di tengah halaman terdapat air mancur dan “Elemen Elektrik”. Juga berdiri Gedung Sekretariat Jenderal dan sebuah Masjid. Atas amandemen Undang-undang Dasar 1945 (UUD’45), dalam Komplek DPR/MPR telah berdiri bangunan baru untuk kantor Dewan Perwakilan Daerah (DPD).

9. Gelora Bung Karno
Kota dan stadion adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Acara-acara berskala raksasa baik olah raga, konser musik, maupun pertemuan biasanya diselenggarakan di sebuah stadion. Nah, gak lengkap juga kalo belum memuat Gelora Bung Karno sebagai salah satu Ikon Jakarta. Gelanggang Olahraga (Gelora) Bung Karno adalah sebuah kompleks olahraga serbaguna di Senayan, Jakarta, Indonesia. Kompleks olahraga ini dinamai untuk menghormati Soekarno, Presiden pertama Indonesia, yang juga merupakan tokoh yang mencetuskan gagasan pembangunan kompleks olahraga ini. Dalam rangka de-Soekarnoisasi, pada masa Orde Baru, nama kompleks olahraga ini diubah menjadi Gelora Senayan. Setelah bergulirnya gelombang reformasi pada 1998, nama kompleks olahraga ini dikembalikan kepada namanya semula melalui Surat Keputusan Presiden No. 7/2001.   Gedung olahraga ini dibangun mulai sejak pada tanggal 8 Februari 1960 sebagai kelengkapan sarana dan prasarana dalam rangka Asian Games 1962 mulai buka diresmikan sejak pada tanggal 24 Agustus 1962 yang diadakan di Jakarta.   Pembangunannya didanai dengan kredit lunak dari Uni Soviet sebesar 12,5 juta dollar AS yang kepastiannya diperoleh pada 23 Desember 1958.

10.Wisma BNI 46
Wisma 46 adalah bangunan tertinggi di Indonesia , tingginya mencapai 262 m (hingga pucuk antena ) yang terletak di komplek Kota BNI di Jakarta Pusat, Indonesia. Menara perkantoran bertingkat 46 ini selesai tahun 1996 yang dirancang oleh Zeidler Roberts Partnership (Zeidler Partnership Architects) dan DP Architects Private Ltd. Menara ini terletak di sebuah tanah seluas 15 hektar di pusat kota. Menara ini memiliki luas 140,028 m². Wisma 46 adalah bangunan tertinggi ke-147 di dunia bila dihitung hingga puncak. Juga bangunan tertinggi kedua di belahan Bumi Selatan.
Desain bangunan ini digambarkan sebagai modern. Menara ini mempunyai 48 tingkat di atas tanah yang hanya berisi perkantoran. Terdapat dua tingkat bawah tanah yang digunakan sebagai tempat parkir. Lantai 1 dan 2 diisi oleh bank, kafe, dan resto, seperti Starbucks Coffee dan Dunkin’ Donuts. Selain yang telah disebutkan diatas sebelumnya, gedung ini juga menjadi ikon kota Jakarta kini karena bentuknya yang unik seperti pena. Menara ini membentuk landscape kota Jakarta menjadi berbeda.