Thursday 15 December 2016

Alhamdulillah, Satu Tahap Terlewati

Pagi ini, hari kamis tanggal 15 Desember 2016 merupakan salah satu hari penting bagiku. Karena pada hari ini salah satu tahap akan aku lalui di bangku kuliah, yaitu Seminar Hasil Tugas Akhir. Salah satu tahap yang harus dilalui sebelum menuju ke tahap berikutnya, demi memperoleh gelar Sarjana Teknik (ST).

Sekitar pukul 06.00 WIB aku telah ready, kemeja putih lengan panjang lengkap dengan setelan celana goyang hitam telah aku kenakan. Dasi dan peci hitam pun ikut melengkapi setelan penampilanku di pagi yang cerah ini. Terakhir, sepatu kulit hitam menyempurnakan styleku sebelum menuju ke kampus.

Dengan perasaan senang bercampur dag dig dug aku menuju ke kampus. Pagi ini terasa beda, mungkin pengaruh perasaan grogi yang menyelimutiku menyebabkan semua ini terjadi. Maklumlah, pagi ini untuk pertama kali aku harus menghadapi penguji-penguji yang siap menguji Tugas Akhir yang kurang lebih sembilan bulan aku kerjakan. Udah kayak ibu mengandung aja ya, hehe.

Detik jarum jam pun sudah menunjukkan pukul 08.30 WIB para dosen pembimbing dan penguji sudah memasuki ruangan sidang dan memulai acara Seminar Hasil. Aku pun memasuki ruang sidang bersama rekan yang juga akan melakukan sidang. Jadi dalamkesempatan ini ada dua mahasiswa yang melakukan seminar hasil.

Setelah kami berdua melakukan persentasi Tugas Akhir masing-masing, dan setelah sesi tanya jawab oleh tiga tim dosen penguji dan sanggahan dari dua orang dosen pembimbing selesai. Selanjutnya pengumuman dari seminar hasil, dan Alhamdulillah kami berdua dinyatakan lulus dengan revisi. Itu artinya kami harus merevisi Tugas Akhir sebelum dilanjutkan dengan Sidang Komprehensif, yang mana merupakan sidang penentuan untukmendapatkan gelar Sarjana Teknik (ST).


Alhamdulillah, satu tahap selesai. Semoga sidang selanjutnya yaitu Sidang Komprehensif bisa segera kami laksanakan. Amiin.

Monday 5 December 2016

Makna Terindah Dibalik Kata Acc

Ketika kita berbicara tentang skripsi maka kita tidak akan jauh-jauh dari dunia mahasiswa, mengapa? Sebab dunia mahasiswa adalah dunia yang melatih kemampuan intelektualitas sejak semester awal. Apabila mahasiswa memasuki semester 7 atau seterusnya maka akan ada kata yang mendebarkan yang sangat dinantikan khususnya mahasiswa semester akhir. Kata yang digadang-gadang lebih indah dari segala kata. Kata yang merupakan kata yang lebih menyenangkan dari kata I LOVE YOU, I MISS YOU dan lainnya. Mengapa begitu? pasti yang pernah menjadi mahasiswa akan paham maksud aku.

Jadi begini, ketika para mahasiswa mulai mengajukan judul skripsi, maka akan ada rasa deg-degan yang menggebu-gebu. Karena menanti sebuah jawaban dari Prodi. Hal itu ditunggu sampai berminggu-minggu, ada yang diterima dan tidak sedikit pula yang ditolak. Kalau judul diterima atau di ACC oleh prodi, itu merupakan penghargaan pertama yang tiada tara, hehe.

Ternyata kata ACC itu terulang kembali pada saat bimbingan skripsi. Setelah kita berjibaku selama berbulan-bulan, setelah ngerjain penelitian yang seambrek, setelah revisi berkali-kali, setelah kita berulang kali memperbaiki skripsi kita, maka saat tinta dosen tersebut mengukir tiga huruf dengan kata ACC dilembar bimbingan kita, waahh rasanya kata itu lebih indah dari kata I LOVE YOU. Hahahaha lebay

Saturday 19 November 2016

Sepenggal Kisah Harimau Paderi Dari Rokan, Tuanku Tambusai

Tuanku Tambusai
Tuanku Tambusai lahir di Dalu-dalu, Kabupaten Rokan Hulu, Riau pada 5 Oktober 1784 dari pasangan Ibrahim dan Munah. Ayahnya, seorang pejabat tinggi agama di kerajaan Tambusai. Sebagai seorang pemuka agama Islam, ia mengajarkan pendidikan agama kepada anak-anaknya dengan penuh kedisiplinan. Tuanku Tambusai yang awalnya dikenal dengan nama Muhammad Saleh ini juga diajari beladiri, termasuk ketangkasan menunggang kuda sejak usianya masih belia. Bukan hanya beladiri dan menunggang kuda, tata cara bernegara pun dipelajarinya dengan tekun.
Untuk lebih memdalami ilmu agamanya, Muhammad Saleh pergi menuntut ilmu ke Bonjol (sekarang Sumatera Barat) kemudian pindah lagi ke Rao. Di sana ia berguru pada beberapa ulama dan berkenalan dengan tokoh paderi, Tuanku Imam Bonjol.
Gelar Tuanku pun disandangnya karena tingkat keilmuannya yang tinggi dalam bidang agama. Dengan gelar itu ia ditugasi sebagai Panglima Paderi di Rao. Tuanku Tambusai, selain seorang panglima, ia juga merupakan salah seorang dari empat orang paderi yang berangkat ke Mekah di tahun 1820-an untuk mempelajari perkembangan pemikiran Islam di Tanah Suci.
Di berbagai tempat yang sekarang termasuk dalam administratif Riau, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara ia mengadakan perlawanan terhadap penjajah. Dalam Perang Paderi (1821-1830), Tuanku Tambusai membawa pasukan yang beroperasi di bagian utara Sumatera Barat. Kemudian mengawali penyerangan terhadap Inggris di Natal (Sumatera Utara) pada tahun 1823.
Pada akhir tahun 1826, tentara Belanda tidak bisa dengan tenang masuk ke wilayah Natal karena dihadang oleh Tuanku Tambusai. Meskipun Natal sudah diserahkan Inggris ke tangan Belanda sesuai dengan Traktat London 1824.
Pada tahun 1830, Tuanku Tambusai bergabung dengan pasukan Rao setelah mengamankan wilayah Natal-Airbangis. Dengan cepat ia memimpin kekuatan di Dalu-dalu (Riau), Lubuksikaping, Padanglawas, Angkola, Mandailing, Pangkalpinang dan Natal. Tuanku Tambusai dan Rao kemudian mendirikan benteng yang terdiri dari tujuh lapis bambu terletak di Dalu-dalu. Namun pada September 1832, benteng itu jatuh ke tangan Belanda. Tuanku Tambusai memboyong pasukannya ke Tapanuli Selatan. Setelah Tuanku Rao gugur dalam pertempuran di Airbangis, praktis Tuanku Tambusailah yang memimpin pasukan Paderi di bagian utara Sumatera Barat.
Setelah Belanda mengangkat Tuanku Mudo (anak Tuanku Imam Bonjol) menjadi Regent Bogor, Tuanku Tumbasai sempat memimpin paderi pada tahun 1832. Dalam rentang waktu 15 tahun, tokoh paderi ini memporak-porandakan pasukan Belanda sehingga musuh berkali-kali harus meminta bantuan dari Padang dan Batavia. Pada tahun 1834, ia mulai mendirikan serangkaian benteng di Dalu-dalu, (Kabupaten Rokan Hulu saat ini).
Pada tahun 1835, pasukannya mengepung kedudukan Belanda di Rao dan Lubuk Sikaping sehingga pasukan Belanda antara satu tempat dan tempat lain terputus. Adakalanya ia menyerang pos-pos militer Belanda di Tapanuli Selatan sehingga kekuatan Belanda yang mengepung Bonjol menjadi terpecah. Namun, pada Agustus 1837, Bonjol jatuh ke tangan Belanda.
Ia juga terkenal dengan kecerdikannya, hal itu terbukti dengan dihancurkannya benteng Belanda Fort Amerongen. Meskipun tak berlangsung lama, Bonjol yang telah jatuh ke tangan Belanda dapat direbut kembali. Karena keberaniannya itu, ia dijuluki sebagai de padrische van Rokan yang berarti Harimau Paderi dari Rokan oleh Belanda.
Gerbang Menuju Benteng Tujuh Lapis
Pada awal tahun 1838, pasukan Belanda menyerang Dalu-dalu dari dua arah, yakni Pasir Pengaraian dan dari Tapanuli Selatan. Serangan itu gagal karena Tuanku Tambusai sudah mendirikan benteng berlapis-lapis. Serangan berikutnya dilancarkan Belanda pada Mei 1838. Beberapa benteng dapat mereka rebut, namun Belanda memerlukan waktu beberapa bulan lagi sebelum perlawanan Tuanku Tambusai dapat mereka akhiri. Pada 28 Desember 1838, benteng pertahanan terakhir yang saat ini dikenal dengan Benteng tujuh Lapis di Dalu-dalu jatuh ke tangan Belanda. Namun ia berhasil meloloskan diri dari kepungan Belanda dan para sekutu-sekutunya lewat pintu rahasia menuju Sungai dan menuju hilir Sungai Rokan.
Di usianya yang telah cukup renta, 98 tahun, ia kemudian mengungsi ke Seremban, Malaysia. Ia meninggal dunia pada 12 November 1882 di Negeri Sembilan, Malaysia. Atas jasa-jasanya pada negara, Tuanku Tambusai diberi gelar Pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden Republik Indonesia No. 071/TK/Tahun 1995, tanggal 7 Agustus 1995.
Makam tuanku Tambusai di Seremban, 
Negeri Sembilan, Malaysia
Sumber: Ensiklopedi Tokoh Indonesia

BLOK D 36

Terik matahari hari ini semakin panas, pancaran sinarnya mulai masuk diantara lubang fentilasi maupun kaca jendela. Udara menyengat semakin terasa. Desusan bunyi kipas angin tak henti berputar mendinginkan ruangan yang semakin panas. Menandakan aku sedang berada di Kota Pekanbaru yang terkenal dengan cuaca panasnya. Gak tau saat ini suhu menunjukkan angka berapa, yang jelas tetap membuat peluh keringan dikeningku.
Di dalam ruangan yang tidak begitu besar inilah aku mengasingkan diri. Ruangan persegi panjang dengan ukuran 2,5 x 3,5 meter inilah aku menghabiskan waktu dari hiruk pikuk dan menyengatnya udara Kota. Terkadang terasa membosankan berada di dalam ruangan yang dipisahkan oleh dinding. Sesekali aku coba keluar, namun aku ingin kembali lagi menikmati kasur empuk dalam ruangan ini.
Terkadang pula terdengar berisik dan terikan dari ruang-ruang dibalik dinding penyekat ini. Suara musik, gelak taua maupun obrolan selalu terdengar dari ruangan dimana aku berada. Namun sesekali waktu suara-suara itu lenyap, berganti sunyi saat tengah malam telah tiba. Dan terdengar lagi saat pagi tiba.
Blok D 36. Nomor yang terdapat disebelah pintu utama bangunan ini. Saat pintu utama ini dibuka, tampaklah sebuah ruangan yang luas tanpa penyekat. Luasnya kira-kira 5 x 4 meter. Kemudian terdapat 4 ruangan di sisi kanan dan kirinya, 2 disebelah kanan dan dua disebelah kiri. Tampak juga satu ruangan kecil ukuran 1 x 1,5 meter diantara dua ruangan disebelah kanan ruangan yang cukup luas ini. Jika pandangan kita arahkan kebelakang ruangan yang luas ini, tampak lagi ruangan yang lebih kecil dibelakang dinding penyekat yang dipisahkan oleh pintu. Dan disebelah ruangan kecil ini terdapat ruangan lagi dengan ukuran 1,5 x 1,5 meter.

Bangunan ini memiliki cat warna abu-abu dibagian luar dan cat putih dibagian dalamnya. Bangunan yang cukup bersih dengan lantai keramik ini selalu menjadi lalu lalang penghuninya setiap waktu. Semua orang biasa menyebutnya Blok D36, disini aku menghabiskan waktu empat tahun terakhir bersama 3 teman yang lain (Arda, Bisma, Gusnanda & Ramanda). 

Saturday 12 November 2016

Sejarah Nama Pasir Pengaraian

Sekitar tahun 1901 Pasir Pengaraian mulai diketahui orang. Pasir Pengaraian adalah Ibukota Kecamatan Rambah sekaligus Ibukota Kabupaten Rokan Hulu. Pada tahun 1899 terjadi bencana alam di Negeri Rambah yaitu kelaparan dan penyakit sehingga masyarakat sekitar banyak meninggal dan juga sakit – sakitan. Dahulu orang daerah ini berladang dari Rambah membawa keluarga mereka dengan bekal sedikit untuk mengelilingi Sungai Rokan Kanan atau yang lebih dikenal dalam bahasa melayu Rambah yang disebut dengan Sungai Batang Lubuh. 
Sungai ini dahulu sebagai urat nadi perekonomian masyarakat Rambah, yang digunakan sebagai sarana transportasi sebelum di bukanya akses jalur darat. Karena di Sungai Batang Lubuh ini banyak mengandung emas, yang di bawa dari hulu sungai yang  bercampur dengan pasir maupun yang di bawa langsung oleh arus sungai yang deras. Menurut cerita masyarakat yang tinggal di tepian sungai Batang Lubuh selama puluhan tahun dan beberapa saksi yang mengatakan bahwa pada akhir tahun 1970 samapai awal tahun 1980-an, sebagian masyarakat masih ada yang menambang emas secara tradisional di Sungai Rokan kanan.
Adapun alat yang digunakan adalah semacam saringan yang berlobang kecil yang berguna untuk memisahkan antara pasir dan partikel emas yang terbilang kecil. Dalam bahasa melayu Rambah di sebut ayakan, adapun teknik yang digunakan disebut pengiraian. Setelah sekian lama aktifitas penambangan tradisional ini berlangsung, akhirnya emas yang ada di sungai Batang  Lubuh ini perlahan susah untuk di temukan, atau dalam bahasa melayu rokan berarti olah habih (sudah habis). 
Akhirnya yang ada hanya pasir saja yang ditemukan di tempat pengiraian tambang emas milik masyarakat. Unding punya unding akhirnya masyarakat sekitar sepakat memberi nama daerah ini Pasir Pengiraian. Nama ini bertahan cukup lama dan akhirnya nama tersebut disempurnakan dengan nama PASIR PENGARAIAN sampai sekarang. Pasir Pengaraian saat ini sudah menjelma menjadi kota yang indah dan berkembang menjadi Ibukota Kabupaten Rokan Hulu.
Berikut merupakan foto-foto sudut Kota Pasir Pengaraian.
Hotel Sapadia, Salah satu hotel di Kota Pasir Pengaraian
Gerbang Komplek Perkantoran Rokan Hulu Di Kota Pasir Pengaraian dengan jalan sangat lebar
Bandara Tuanku Tambusai
Masjid Agung Madani Islamic Centre Pasir Pengaraian yang menjadi ikon Kota Pasir Pengaraian
Kantor Bupati Rokan Hulu di Kota Pasir Pengaraian dengan halaman super luas
Pasar Modern pertama di Kota Pasir Pengaraian
Tugu Ratik Togak di bundaran Kota Pasir Pengaraian


Sumber:

Monday 17 October 2016

Detik Detik Semester Akhir

Pernahkan kalian mendengar detik-detik ujian nasional? Tentu sudah bukan? Pasti bagi kalian yang telah menyelesaikan bangku sekolah kata-kata tersebut sangat familiar. Nah, jika ada kata detik-detik semester akhir gimana? Pernahkan kalian semua mendengarnya? Atau bahkan mengalaminya?

Jawabnya pasti nggak pernah, hehe. Namun bagiku itu ada, detik detik semester akhir ini aku sematkan kepada semua mahasiswa yang telah menginjak semester akhir. Mengapa demikian?? Tentu ada alasan dan ini versi aku pribadi, karena aku juga salah satu yang mengalaminya.

Berbicara menganai semester akhir pasti tidak akan lari dengan yang namnya proposal, tugas akhir atau skripsi, revisi, bimbingan, seminar dan sidang akhir. Proses untuk mendapatkan titel Diploma, Sarjana bahkan Master tidak ada yang mudah sobat, jalannya pasti berliku dan terjal, bisa dibilang seperti mengendarai motor butut mendaki bukit. Tak ada yang megalir dengan sendirinya seperti air terjun yang menuruni lembah. Eiits puitis pula, hehehe

Ada sebagian mahasiswa yang dalam sehari menunggu dosen pembimbing dari pagi hingga menjelang petang namun tak membuahkan hasil. Mau gak mau harus menunggu esok harinya lagi. Jadi seharian hanya duduk diam dan terpaku mantengin pintu ruangan dosen pembimbing tanpa tahu kapan pemilik nya datang dan membuka pintu tersebut. Sedih amat yaa.


Namun demikian percayalah sobat, semua usaha dan doa kita pasti akan membuahkan hasil pada waktunya nanti. Intinya kita harus optimis dan tidak patah semangat menghadapinya. Semoga aku, kita dan kalian semua yang ada di luar sana yang sama-sama lagi berjuang selalu diberi kesehatan selalu, agar apa yang kita cita-citakan terwujud, Amiin.

Saturday 15 October 2016

Berwisata Ke Air Terjun Katobung Bersama HIMAKEPJA

Tepat pada tanggal 19 Agustus 2016 saya dan teman teman dari Himpunan Mahasiswa Kepenuhan Jaya (HIMAKEPJA) berkesempatan meluangkan waktu untuk berkunjung ke objek wisata Air Terjun Katobung. Air Terjun Katobung ini berada tepatnya di Kabupaten Padang Lawas, Sumatera Utara. Kebetulan Kabupaten ini berada berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hulu yang masuk Wilayah Provinsi Riau.

Saya dan teman teman berangkat beranggotakan 15 orang. Dengan menggunakan kendaraan roda dua kami berangkat menuju objek wisata melalui Kota Pasir Pengaraian. Kemudian perjalanan dilanjutkan menuju Desa Tangun yang ada di Kecamatan Bangun Purba. Dari Tangun Sekitar 15 menit akhirnya kami sampai ditepi sungai, dimana dari sungai inilah perjalan dilanjutkan dengan menggunakan sampan selama 2 jam menuju air terjun.
Persiapan Sebelum Memulai Perjalanan
Nah itu dibelakang sampannya udah siap berangkat bro
Menyusuri sungai menuju ke hulu
Karena Sungai Dangkal Terpaksa jalan kaki
Ngopi dulu dingin-dingin
Ini kamii
Air terjun pertama
Anggota HIMAKEPJA
Menuju ke air terjun kedua
Foto bersama di air terjun kedua
Himakepja
Ekspresi kami broo
Gaya bebas
Sekian saja foto-fotonya ya, kalau penasaran dengan keseruan kami silakan berkunjung sendiri ya, hehehe

By: Arda Dwi Cahyo Ruspianof


Thursday 23 June 2016

Buka Bersama Teknik Sipil “Kelas B” Angkatan 2011 UIR

Teknik Sipil Kelas B Angkatan 2011
Sabtu 23 Juni 2016, akhirnya kami kembali dipersatukan dan dikumpulkan di luar kelas. Nah itulah sekiranya kesan yang aku dan teman dapatkan dari acara buka bersama yang baru saja kami adakan petang tadi. Ini merupakan buka puasa bersama teman kelas ditahun ini. Bisa dibilang inilah formasi terakhir kami di Program Studi Teknik Sipil kelas B. Meskipun ada beberapa teman yang belum bisa ikut karena ada kegiatan lain atau telah pulang kampung alias mudik.

Aku sebut formasi terakhir sebab saat ini merupakan tahun kelima kami menyelesaikan studi kami. Dan inilah diantaranya wajah-wajah yang masih setia bertahan hingga saat ini. Bertahan menghadapi gempuran tugas maupun laporan selama lima tahun ini. Bertahan dari ancaman nilai D atau E. Bertahan diantara ruang 3.36 sampai ruang 3.40. Dan bertahan dari beberapa pertanyaan kapan wisuda??.

Namun inilah kami, dengan segala kesibukan kami, masih menyempatkan waktu untuk berkumpul dalam agenda buka bersama. Dilanjutkan foto bersama keluarga besar Teknik Sipil Uir kelas B. Serta kemudian nongkrong bersama teman-teman. Momen biasa yang kebanyakan orang lakukan.

Namun hari ini sangat beda. Setelah beberapa bulan tidak sering berjumpa karena sibuk dengan kegiatan masing-masing, hari ini kami melepas kerinduan yang mungkin momen ini ntah kapan bisa terulang kembali. Mengingat kami para calon insinyur muda sudah berada di semester akhir.

Sekali lagi aku pribadi memberikan acungan jempol kepada kalian teman-teman. Diujung semester yang tak muda lagi ini kita masih dipertemukan. Masih diberi kesempatan untuk meluapkan segala kekonyolan serta tingkah kocak kalian. Semoga kalian selalu mengingatnya dikemudian hari para sahabat.

Aku yakin ini akan menjadi momen terbaik kita diantara momen yang telah teman-teman ukir diluar sana. Mungkin suatu saat nanti tak sedikit dari kita yang bakal terurai air mata saat melihat foto-foto itu kembali. Dan ini beberapa foto-foto kami.
Udah pada ngiler ni liatin yg seger2 hehe
Liat nih ekspresi kami, imut kann??
Selfie cantik duluu
Para puteri cantik kelas B
Udah gatal nih muka pengen di cekrek2 wkwk
Nongkrong dulu sambil nunggu sahuur
Selfie lagi niihh


Wednesday 27 April 2016

Surga Tersembunyi Di Air Terjun Pulo Simo Kampar

Riau, sebagai provinsi yang dijuluki negeri kaya minyak, baik itu minyak yang terkandung di dalam perut bumi maupun minyak kelapa sawit yang menghampar luas di daratan bumi lancang kuning. Masih banyak menyimpan deretan potensi wisata alam nan eksotis tersebar di pelosok daerah yang belum banyak diketahui dan diekspos, salah satunya Air Terjun Pulo Simo.
Air Terjun Pulo Simo terletak di Kabupaten kampar, tepatnya di kawasan bukit barisan Desa Tanjung Alay Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar. Air terjun pulo simo memiliki panorama alam yang mempesona, airnya jernih dan segar, jauh dari polusi udara. Sungguh membuat mata indah memandang dan ingn berlama-lama bermain air yang sejuk. Itulah kira-kira gambaran keindahan air terjun yang akan kami kunjungi.
Untuk mencapai lokasi Air Terjun Pulo Simo, kita dapat menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat. Sebab lokasi air terjun ini cukup dekat dari jalan lintas Riau – Sumbar. Pagi itu Sabtu 23 April 2016, aku dan teman-teman memutuskan untuk berangkat menuju lokasi wisata menggunakan kendaraan roda dua yang beranggotakan delapan orang. Dengan empat kendaraan kami berangkat dari Kota pekanbaru pukul 08.30 WIB.

Perjalanan menuju Air Terjun Pulo Simo ini seharusnya dapat ditempuh dalam waktu 2 setengah jam, namun dalam perjalanan kami harus berhenti dikarenakan diguyur hujan yang sangat lebat. Namun hal ini tak sedikitpun mengurangi semangat kami untuk melanjutkan perjalanan. Hujan pun mulai reda, meskipun masih gerimis kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan kami menuju lokasi air Terjun. Tak sabar rasanya ingin segera menikmati jernihnya air terjun tersebut.
Setelah menyusuri jalan lintas Riau – Sumbar yang meliuk-liuk dan naik turun, akhirnya aku dan teman-teman melihat plang dan baliho di sebelah kiri jalan yang bertuliskan Selamat Datang Di Objek Wisata Air Terjun Pulo Simo. Aku pun langsung mengurangi kecepatan kendaraan dan belok kiri masuk ke jalan tepat di depan plang tersebut. Namun entah karena tidak melihat plang tersebut atau terlalu asik mengendarai sepeda motor, empat rekan kami lurus saja tanpa muka bersalah. Sampai akhirnya mereka sadar bahwa aku dan teman yang lain udah belok, barulah sambil tertawa mereka berputar arah mengikuti kami.

Kemudian kami masuk melewati jalan tanah yang sedikit agak menanjak tersebut sambil mengikuti petunjuk arah yang ada. Hanya berkisar kurang lebih 200 meter sampailah kami di tempat parkir yang disediakan bagi wisatawan Air Terjun pulo Simo. Kami pun langsung memarkirkan kendaraan kami di tempat parkir yang dijaga oleh pengelola objek wisata air terjun tersebut dengan tarif Rp 3000/kendaraan. Selain tempat parkir yang tersedia, didekat tempat parkir tersebut ada beberapa pedagang yang menjajakan makanan ringan dan minuman. Sehingga bagi anda tidak perlu khawatir jika seandainya lupa membawa minuman.

Dari sini aku dan teman-teman kemudian menuju ke loket penjualan tiket yang dipatok seharga Rp 5000/orang. Perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki menuruni jalan setapak yang berjarak kurang lebih 50 meter dari loket penjuakan tiket. Sambil menyusuri jalan setapak yang sedikit terjal ini, suara riuh air terjun terdengar siap menyambut kedatangan kami. Suasana dingin air serta sejuknya udara diantara pepohonan nan rindang melengkapi pesona keindahan air terjun ini.

Sesampainya di air terjun yang memiliki tinggi 12 meter ini aku dan teman-teman beristirahat sejenak sambil menyantap makan siang yang sengaja kami bawa. Sambil menikmati makanan sembari mendengarkan riuh air terjun yang yang jatuh di bebatuan cadas nan indah ini, aku sadar akan kekayaan alam yang telah Allah beri untuk bumi Riau ini. Sudah sepatutnya kita sebagai manusia untuk menjaga dan merawatnya untuk anak cucu kita kelak.

Pesona indah air terjun yang kami sambangi ini membuat aku dan teman-teman ingin segera menyeburkan diri ke kolam di bawah air terjun tersebut. Namun sebelum itu tak lupa dong kami mengabadikan gambar dengan berfoto ria, hehe. Bagi anda yang ingin berganti pakaian saat hendak berenang jangan khawatir, disini tersedia beberapa tempat untuk mengganti pakaian dengan tarif Rp 1000/orang.

Terima kasih ya Allah telah diberi kesempatan untuk melihat keindahan-Mu, semoga aku, teman-teman dan generasi penerus kami bisa selalu menjaga dan merawat semua ciptaan-Mu, Amiin.


Gimana perjalanan kami?? 
Apakah anda ingin mencobanya? Ditunggu kedatangan anda selanjutnya.

By: Arda Dwi cahyo Ruspianof


Tuesday 19 April 2016

Kehidupan Anak Kost Part 2 (11 Tahun Berstatus Anak Kos)

Bagaimana kehidupan menjadi anak rantau alias anak kos?? Biasa saja, menyenangkan atau bahkan menderita. Semua jawaban itu tergantung pribadi diri kita masing-masing. Sebab beda orang maka beda pula rasanya. Aku disini mau bercerita tentang diri aku yang juga menjadi anak kos, dan sampai sekarang masih menikmati yang namanya menjadi anak kos.

Bercerita soal anak kos, aku teringat awal mula lulus SD saat hendak melanjutkan sekolah di MTs. Dimana saat itu tahun 2005 aku lulus dari SD, dan ingin melanjutkan belajar di sebuah sekolah di Kota Pasir Pengaraian yang lumayan agak jauh dari kampung. Meskipun di kampung aku ada sebuah SMP pada saat itu, namun karena masih berstatus swasta maka orang tua menganjurkan untuk memilih sekolah lain meskipun jauh, hal inilah yang mengharuskan aku menjadi anak kos untuk pertama kalinya.

Setelah tiga tahun berselang, aku lulus dari sekolah tempat aku menuntut ilmu tahun 2008. Tentunya tiga tahun pula aku menyandang gelar sebagai anak kos, hehe. Namun status anak kos yang aku sandang nggak sampai disitu aja. Hal ini berlanjut saat aku masuk SMA di Dusun Kumu Kecamatan Rambah Hilir. Berjarak lebih jauh lagi dari kampung, maka menuntut aku untuk menjadi anak kos lagi selama tiga tahun.

Tiga tahun di SMA pun telah aku nikmati, tentunya enam tahun berstatus menjadi anak kos telah aku sandang. Bangga?? Nggak juga, biasa aja kok. Pada tahun 2011 saat itu aku lulus SMA, dan Alhamdulillah aku sangat bersyukur karena diberi nikmat untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Hal inilah yang menambah panjang status aku menyandang gelar anak kos. Aku melanjutkan studi aku di salah satu Perguruan tingggi di Kota Pekanbaru.

Hari ini sengaja mengingat beberapa tahun lalu saat aku pertama kalinya menjadi anak kos, jauh dari orang tua. Hari ini pula aku sadar, ternyata aku telah menghabiskan separoh dari umur aku saat ini menjadi anak kos. Jika aku boleh berhitung, saat ini aku berumur 22 tahun. Berarti sudah 11 tahun aku menyandang status menjadi anak kos. Menurut aku itu bukan hal yang sebentar, banyak cerita suka duka, tangis tawa maupun hal lain yang udah aku alami selama ini. Aku banyak belajar akan semua hal yang udah aku jalani. Aku yakin semua nggak ada yang sia-sia.

Jujur aku sedih saat menulis postingan ini. Memori aku mengingat kejadian-kejadian yang udah aku alami sejak aku menjadi anak kos. Bukan hal yang buruk, namun aku sedih karena mengingat dua sosok yang selalu memberikan motivasi aku selama ini. Sosok yang selalu mendukung aku selama ini hingga saat ini. Tanpanya aku bukan apa-apa. Iya, mereka tentu orang tua aku, Bapak dan Ibu aku. Sosok yang selalu membuat aku kuat dan membuat aku semangat jalani semua ini. Tanpa sadar saat menulis postingan ini, aku mengingat mereka, aku merindukan mereka. Aku berharap, Allah selalu memberikan kesehatan dan umur panjang bagi mereka. Amiin.

Salam Anak Kos!!!

Monday 18 April 2016

Ayok Jalan-Jalan

Hai para sahabat arda rokan, apa kabar di sore yang cerah ini?? Ya kelihatan sore ini langit nampak begitu cerah berwarna biru. Tampak beda sekali dengan hari kemarin yang dari pagi udah diguyur hujan lebat hingga beberapa jam. Alhasil rumah kontrakan teman menjadi korban kebanjiran. Sabar ya Arie Arbenx, hehe. Jadikan semua itu pelajaran, lain kali persiapkan diri sebelum hujan, angkat barang-barang ke tempat tinggi ya sob, dan jangan lupa sediakan makanan buat jaga-jaga, wkwkwk.

Nah disore yang cerah ini nggak ada kegiatan sih, Cuma tiduran sambil numpang nonton TV aja di kos teman. Itung-itung sambil ngumpul sama teman-teman. Mau ngerjain TA juga lagi mentok, jadi ya mending memposting tulisan aja, hehe. Tapi nggak tau juga mau nulis tentang apa.

Sebetulnya dari beberapa hari yang lalu teman udah pada bisik-bisik mau ngadain jalan-jalan. Mumpung ada kesempatan ngumpul, untuk refreshing otaak laahh, hehe. Cuma ya itu masalahnya, banyak banget planningnya, mau ke Sumbarlah, ke Siaklah, ke Kamparlah. Ehh karna kebanyakan planning ya ujung-ujungnya gak ada yang jadi.

Saturday 20 February 2016

Catatan Mahasiswa Akhir Teknik Sipil (Part 1)

Seiring berjalannya waktu akhirnya kita sampai saat dimana kita menjadi mahasiswa tingkat akhir. Saat dimana kita telah berada dimasa transisi antara berstatus menjadi mahasiswa dan bakal memperoleh gelar yang selama ini banyak orang memimpikannya. Termasuk dengan aku yang saat ini telak masuk semester sempurna dibangku perkuliahan aku. Tak perlu dong sebutin semester berapa, yang jelas mungkin menurut kalian disemester ini seharusnya mahasiswa udah pada lulus. Namun bagi kami ini baru awal perjuangan.

Aku adalah mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di Jurusan Teknik Sipil. Jurusan yang memang terkenal keras. Bukan karena dijurusan ini lebih banyak mahasiswa laki-lakinya. Namun karena di jurusan ini memang semuanya sulit. Sulit mendapatkan nilai karena memang hampir seluruh mata kuliahnya menghitung. Jadi kalkulator tekniklah benda wajib yang harus dibawa kemanapun. Jika tidak, jangan harap bisa masuk kelas dan bisa mengerjakan semua tugas.

Kemudian dijurusan ini kita harus dituntut untuk menjadi manusia yang teliti dalam semua hal, mulai menggambar atau memeriksa angka-angka yangg sudah menjadi makanan sehari-hari. Jurusan ini juga banyak menyita waktu, pikiran, tenaga dan tentunya uang. Imana tidak, hampir setiap mata kuliah kita harus menyelesaikan tugas yang banyaknya setebal novel. Lebih parahnya lagi wajib tulis tangan. Belum lagi jika adagambar tabel maupun grafik, semuanya juga wajib ditulis tangan.

Nah itu masih tugas, belum tiap buat laporan praktikum. Dimana kita harus mengerjakan laporan itu juga wajub tulis tangan + ketik. Brarti harus ada dua versi laporan yang kita buat. Amazing bukan?? Sebenernya bukan sampai sini aja perjuangan yang dialami mahasiswa jurusan ini. Namun mungkin buat teman-teman pembaca ini dulu deh, biar tak begitu kaget mendengarnya, hehe.

Nantikan sambungan postingannya dijudul Catatan Mahasiswa Akhir Teknik Sipil (Part 2) yahh.

Salam Teknik !!!

Friday 19 February 2016

I'm Back

Saat jemari ini kembali diberikesempatan menyentuh deretan huruf- huruf yang ada di keyboard laptop, pikiran ini tidak sejalan dengan apa yang sedang aku rasa. Ingin rasanya mencurahkan isi yang ada dalam kepala selama ini. Namun entah mengapa tiba-tiba semua pudar begitu saja. Mungkin sudah begitu lama tidak merangkai kata-kata dalam sebuah tulisan.

Benar sekali, mungkin karena sudah terlalu lama vakum menulis. Jadi pikiran dan tangan ini terasa membeku dan susah digerakkan, hehe. Maklumlah si penulis lumayan lama liburan. Sejak tahun baru liburan keliling dunia hingga saat ini. Sungguh semua itu menguras tenaga dan pikiran. Dan tentunya menguras isi dompet, hahaha.

Bukan-bukan, si penulis hanya sejenak pulang dari perantauan yakni ke kampung halaman tercinta. Mencurahkan kerinduan bersama keluarga tercinta, melihat kenangan-kenangan indah dimasa kecil dan tentunya merefresh otak ini dari hiruk pikuk dan kesibukan yang ada di kota selama ini.