Jika sebelumnya saya
telah mengulas tentang kota di atas belantara, saat ini saya akan menulis
sebuah perkampungan yang lahir karena adanya para transmigran yang datang pada
awal tahun 1980-an. Daerah itu bernama Desa Kepenuhan Jaya, dan ini merupakan
tanah kelahiran penulis sendiri. Meski saya baru lahir 10 tahun setelah para
transmigran datang, namun sedikit banyaknya saya mengetahui tentang kisah-kisah
mengharukan para transmigran saat baru menginjakkan kaki di tanah yang baru
ini. Tentunya dari penuturan orang tua saya dan para penduduk di Desa Kepenuhan
Jaya.
Bisa dikatakan saya
merupakan generasi kedua di tanah transmigran ini, karena saya bukan orang yang
langsung datang dari tanah jawa. Melainkan
lahir di desa baru hasil program transmigran ini. Desa yang lahir pada tahun 1983 ini, kini tak tampak seperti daerah bekas transmigran, namun boleh dikatakan jauh lebih makmur dari desa-desa pada umumnya. Desa Kepenuhan Jaya sendri berada di Kecamatan Kepenuhan Hulu Kabupaten Rokan Hulu.
lahir di desa baru hasil program transmigran ini. Desa yang lahir pada tahun 1983 ini, kini tak tampak seperti daerah bekas transmigran, namun boleh dikatakan jauh lebih makmur dari desa-desa pada umumnya. Desa Kepenuhan Jaya sendri berada di Kecamatan Kepenuhan Hulu Kabupaten Rokan Hulu.
Mungkin sekilas terdengar
aneh dan seakan tak mungkin ada desa ataupun daerah di atas hutan belantara,
namun itulah kenyataannya. Banyak desa-desa yang dahulu adalah sebuah hutan
belantara yang lebat dan belum pernah terjamah. Namun saat ini telah berubah
menjadi perkampungan-perkampungan dan kota yang penuh dengan keramaian. Tak
butuh waktu lama untuk menjadikan hutan yang begitu lebat menjadi sebuah
pemukiman yang banyak diminati oleh para pendatang. Dan seakan menjadi magnet
bagi para pencari kerja. Ituah gambaran kecil Desa Kepenuhan Jaya
Para transmigran di Desa
Kepenuhan Jaya ini banyak mengubah hutan-hutan belantara menjadi daerah-daerah
perkebunan saat ini. Namun jauh sebelum itu banyak cerita yang sangat
mengharukan menyertai kedatangan mereka ke Desa Kepenuhan Jaya. Banyak diantara
mereka mungkin tidak membayangkan bagaimana hidup di daerah baru yang belum berpenghuni.
Apalagi daerah ini merupakan bekas hutan belantara yang sengaja ditebang
kemudian dibangun rumah-rumah baru untuk para pendatang, yakni para
transmigran.
Bisa dibayangkan, di desa
yang disebut Kepenuhan jaya ini saat para transmigran datang belumlah tersedia
infrastruktur desa seperti yang terlihat saat ini. Belum ada sistem penerangan,
belum ada air bersih apalagi sistem telkomunikasi. Jangankan semua itu,
tumbuhan yang paling tinggi saat itu mungkin hanyalah pohon pisang. Kanan kiri
rumah hanyalah hamparan alang-alang. Tidak ada tanda-tanda kehidupan saat itu.
Bahkan untuk beli alat-alat pertanian saja harus rela berjalan ke perkampungan
sebelah yang jauh dan harus menyeberang sungai. Itupun harus pada hari-hari
tertentu pada saat hari pasar.
Banyak diantara mereka
yang mengeluh dan ingin kembali ke kampung halaman mereka di Jawa. Sebab,
kehidupan di Desa Kepenuhan Jaya ini sangat berbeda jauh dengan kampung halaman
mereka di Jawa sana. Mereka mengeluh karena di daerah asal tersedia listrik,
air bersih, jalan sudah bagus, mau ke pasar dekat dan lain sebagainya. Intinya
mereka harus banyak menyesuaikan diri dengan kondisi di Desa Kepenuhan jaya
ini.
Saat itu, untuk mencukupi
kebutuhan hidup sehari-hari, para penduduk Desa Kepenuhan Jaya membuka hutan
dan alang-alang untuk ditanami padi, kedelai, jagung, dan tanaman sayur-mayur
lainnya. Perkembangan zaman membuat sejumlah penduduk mulai melirik tanaman
perkebunan. Tanaman padi diganti karet dan sawit. Hasilnya, perputaran ekonomi
di wilayah transmigrasi langsung melejit.
Tingkat pertumbuhan
ekonomi membuat warga Desa Kepenuhan jaya menjadi bersemangat hidup di daerah
baru. Mereka tidak hanya menumpang hidup di wilayah baru, tetapi juga ikut menghidupkan
daerah yang semula hanyalah hutan belantara. Sejumlah penduduk bahkan mengajak
sanak saudaranya di Jawa untuk datang ke Desa Kepenuhan Jaya. Nafkah yang
semakin sulit di Jawa membuat sejumlah kerabat dan teman ikut merantau ke Desa
Kepenuhan Jaya. Malah banyak diantara mereka yang tak ingin kembali pulang ke
daerah asalnya di Jawa.
Tidak butuh waktu yang
lama untuk merubah Desa Kepenuhan Jaya menjadi seperti desa-desa lokal di daerah
sekitar desa ini. Malah bisa dikatakan jauh lebih maju dari pada desa yang
bukan merupakan daerah transmigran. Ini terbukti dari lebih banyaknya
pertumbuhan penduduk dan tersedianya berbagai infrastruktur di Desa Kepenuhan
Jaya. Para penduduk yang dahulu mungkin untuk mengunjungi sanak saudara di Jawa
adalah suatu yang sulit karena tidak adanya biaya, namun saat ini hal itu
bukanlah sebuah penghalang.
sekali kali bolehlah di angkat cerita cerita desa tetangga, seperti kota raya, kota baru dan muara jaya.salam sukses
ReplyDeletepemuda desa
Iya Mas.
DeleteTapi masalahnya gak tau langsung gimana sejarahnya,
ini yang diceritain yg penulis tau dan langsung alami, hehe
thanks masukannya hehe
mantab Arda
ReplyDeleteLanjutkan,, Masih banyak lagi hal yang di bisa angkat dan di kemas menarik untuk menjadi pengetahuan baru bagi adik-adik generasi baru agar lebih faham terhadap sejarah perjuangan Era Pak SOEHARTO demi mensejahterakan rakyatnya.. Salah satunya secuil cerita tentang Kampung halaman Desa Kepenuhan Jaya (SP4).
ReplyDeleteSaya juga besar di desa ini😊
ReplyDelete