Bendungan
Katulampa adalah bagian dari sistem tata kelola perairan (water
management) pemerintah Belanda untuk pengendalian banjir agar
Batavia sebagai ibukota negara terbebas dari kemungkinan banjir. Katulampa
tidak memiliki kemampuan menahan dan membuka-tutup pintu air yang rentan
disalahpahami dan menimbulkan kepanikan. Saat banjir Jakarta 2013, beberapa
kabar burung beredar mengenai pembukaan pintu air Katulampa karena kelebihan
kapasitas yang langsung dibantah dengan keras oleh Badan Nasional
Penanggulangan Bencana. Katoelampa dirancang untuk mengatur debit air ke
kawasan bawah, serangkai dengan Kanal Banjir Barat, Kanal Banjir Timur, dan
kanal-kanal kecil lainnya.
Betapa
penting Bendungan Katulampa ini bisa dilihat dari siapa yang meresmikan. Tak
tanggung-tanggung, Gubernur Jenderal Alexander Willem Frederik Idenburg pada 11
Oktober 1912, didampingi para pejabat penting masa itu. Mereka antara lain
Kepala Insinyur Negara Roos, Ir. Van Dissel, Ir. Van Breen, pengawas Leuwiliang
dan Bogor, anggota dewan Ebbink, adminsitrator D. Veenstra (Ciluar), Mulder
(Kedung Halang), Valette (Pondok Gede), Sol (Ciomas), Resident (Bupati)
Batavia, Assistent Resident (Camat) Bogor, dan para patih Bogor, Batavia dan Mr.
Cornelis.
Peresmian
bendungan tersebut dimeriahkan dengan gamelan dan tari-tarian, serta upacara
selamatan dengan kepala kerbau. Bendungan yang juga hasil karya Ir. Van Breen
ini memiliki panjang total 74 m, dengan 5 inlaatsluis (pintu
untuk mengalirkan arus ke kawasan di bawah), 3 spuisluis
(pintu untuk menahan air, jika volume air berlebihan dan mengancam kawasan
bawah), dengan lebar masing-masing pintu 4 m.
Proyek
pembangunan bendungan ini dimulai pada 16 April 1911 dan selesai pada awal
Oktober 1912, sebelum akhirnya diresmikan penggunaannya pada 11 Oktober 1912.
Total biaya yang dikeluarkan 80.000 gulden. Disebutkan, selain untuk
pengendalian banjir bendungan ini juga memiliki fungsi sampingan sebagai sistem
irigasi. Berkat bendungan ini sebanyak 10.000 bouw
sawah (orang Jawa menyebutnya bau, 1 bouw
ekuivalen dengan 0,7 hektar) dapat diairi melalui Oosterslokkan (Kali Baru).
Kanal
Oosterslokkan ini sebelumnya telah dibangun pada abad ke-18 atas prakarsa
Gubernur Jenderal Baron van Imhoff. Saluran air ini mengalir dari sini
melintasi Weltevreden (Menteng). Sebelumnya kanal ini dimaksudkan untuk
lalulintas pelayaran ke pedalaman (ke arah Bogor). Bukan hanya Gubernur
Jenderal Baron van Imhoff, tetapi juga Gubernur Jenderal Daendels telah
mempunyai rencana untuk menggali kanal untuk pelayaran ke pedalaman. Namun
untuk itu diperlukan banyak sekali schutsluizen (konstruksi
kanal yang memungkinkan kapal bisa naik ke kawasan lebih tinggi, dengan cara
membendung air sampai kapal terangkat setingkat demi setingkat, dan
sebaliknya).
Schutsluizen ini banyak dijumpai di Negeri Belanda,
Norwegia, dan negara Eropa lainnya. Rencana ini akhirnya dinilai kurang
praktis. Sistem irigasi Oosterslokkan ini juga disebut sebagai sistem irigasi
tertua yang dibangun oleh Belanda di bumi Jawa, sekaligus sebagai sistem
irigasi sangat signifikan. Soalnya, di bawah kekuasaan raja-raja pribumi belum
ada sistem irigasi sedemikian rupa. Di bawah rezim pribumi, hanya ada saluran
kecil dari sumber air untuk mengairi sejumlah terbatas sawah-sawah di lembah
dan sepanjang kaki pegunungan.
Dalam
literatur dan inskripsi Jawa juga tidak pernah disebutkan mengenai karya
irigasi pada skala sangat bermakna. Semua saluran air yang signifikan berasal
dari era Belanda memantapkan kekuasaannya, terutama dari zaman cultuurstelsel
atau sistem tanam paksa.
Saluran
irigasi dari bendungan ini mempunyai kapasitas maksimum sekitar 6.000 liter
perdetik. Fungsi lain dari bendungan Katulampa adalah sebagai sistem informasi
dini terhadap bahaya banjir Sungai Ciliwung yang akan memasuki Jakarta. Data
mengenai ketinggian air di bendung Katulampa ini memperkirakan bahwa sekitar 3
– 4 jam kemudian air akan sampai di daerah Depok. Selanjutnya di Bendung Depok
ketinggian air dipantau dan dilaporkan ke Jakarta sehingga masyarakat yang
tinggal di kawasan sekitar aliran sungai Ciliwung sudah dapat mengantisipasi
sedini mungkin datangnya air banjir yang akan melewati daerah mereka. (Dari
berbagai sumber)
No comments:
Post a Comment