Wednesday, 9 September 2015

LANGITKU (RIAU) YANG MERANA


Ketika aku menatap kelangit, aku melihat birunya langit dan putihnya awan saling berkejaran. Hangat sinar matahari mulai menerpa kulitku, menandakan aku telah terbangun dari tidur panjangku dimalam yang indah. Hembusan angin yang menerpa ujung-ujung dedaunan menambah indah suasana pagi ini. Kicauan burung yang begitu riuh dan gemericik air yang berirama menjadi alunan nada yang indah. Terima kasih kepada sang pencipta yang telah memberi kenikmatan seindah ini.

Namun dipagi ini saat ku kembali melihat mahakarya-Mu yang begitu indah, semuanya telah berubah. Langit yang biru dan awan yang menawan telah berubah menjadi kepulan asap tebal yang membahayan. Pagi ini aku tak bisa lagi melihat indahnya langit Riau yang biru. Aku tak bisa lagi menghirup segarnya udara riau yang selama ini diberi dengan geratis oleh sang pencipta. 

Asap tebal tak lagi hanya ada diudara, namun telah memenuhi segala ruang rumahku, rumah jutaan penduduk Riau ini. Kami tak bisa lagi menghirup udara segar dan sehat. Udara sehat telah terkontaminasi oleh asap dan partikel debu yang jelas sangat membahayakan. Namun kami tak bisa tetap diam, kami harus tetap beraktifitas. Ratusan ribu masker pun telah mereka bagikan dijalanan. Begitu sangat mulia mereka yang saling membantu saudara kami. Aku acugkan jempol untuk kepedulian mereka para relawan.

Mungkin jika Riau selalu masuk berita nasional dan menjadi trending topik karena prestasinya kami akan berbangga. Namun saat ini kondisinya berbeda, daerah yang sangat kami banggakan, tanah yang memiliki kekayaan alam luar biasa, bumi yang mengandung gas dan minyak bumi berlimpah, negeri kaya yang memiliki kebun karet dan sawit serta hutan penghasil bubur kertas katanya. Provinsi yang katanya menjadi salah satu penyumbang terbesar devisa negara. Entah lah itu, kami hanya rakyat kecil yang tak terlalu paham tentang semua itu.

Disaat kami sibuk memakai masker dan tetap menjalankan aktifitas sehari-hari, mungkin mereka sedang duduk santai dimobil mewahnya. Tinggal menekan tombol kaca mobil pun akan tertutup rapat. Udara segar pun keluar melalui lubang AC. Ruang kantor pun tertutup dan disuplai oleh AC disana sini. Sungguh kontras dengan saudara-saudara kami yang sibuk memadamkan api dilahan gambut. Perih mata mereka untuk memadamkan api entah siapa yang membakarnya. Sibuk dijalanan yang masih membagikan masker. 

Ini bencana, ini disengaja, terbakar atau dibakar, ini itu entah apa yang sedang diperdebatkan. Yang jelas ini masalah yang sudah sering terjadi. Kami hanya bisa berharap kepada siapa pun itu yang memiliki wewenang dan kewajiban untuk menyelesaikan tugas ini. Mudah-mudahan anda selalu diberi kesehatan dan semangat. Terima kasih atas tugas anda yang telah berusaha menyelamatkan hidup kami. Dan untuk semua yang tidak sengaja berbuat ulah dan menimbulkan merananya langit riau ini, segeralah bertobat dan jangan pernah berbuat salah lagi. Mudah-mudahan Allah yang maha adil mengampuni.

No comments:

Post a Comment