Ketika aku
menatap kelangit, aku melihat birunya langit dan putihnya awan saling
berkejaran. Hangat sinar matahari mulai menerpa kulitku, menandakan aku telah
terbangun dari tidur panjangku dimalam yang indah. Hembusan angin yang menerpa
ujung-ujung dedaunan menambah indah suasana pagi ini. Kicauan burung yang
begitu riuh dan gemericik air yang berirama menjadi alunan nada yang indah. Terima
kasih kepada sang pencipta yang telah memberi kenikmatan seindah ini.
Namun dipagi
ini saat ku kembali melihat mahakarya-Mu yang begitu indah, semuanya telah
berubah. Langit yang biru dan awan yang menawan telah berubah menjadi kepulan
asap tebal yang membahayan. Pagi ini aku tak bisa lagi melihat indahnya langit
Riau yang biru. Aku tak bisa lagi menghirup segarnya udara riau yang selama ini
diberi dengan geratis oleh sang pencipta.
Asap tebal tak
lagi hanya ada diudara, namun telah memenuhi segala ruang rumahku, rumah jutaan
penduduk Riau ini. Kami tak bisa lagi menghirup udara segar dan sehat. Udara
sehat telah terkontaminasi oleh asap dan partikel debu yang jelas sangat
membahayakan. Namun kami tak bisa tetap diam, kami harus tetap beraktifitas. Ratusan
ribu masker pun telah mereka bagikan dijalanan. Begitu sangat mulia mereka yang
saling membantu saudara kami. Aku acugkan jempol untuk kepedulian mereka para
relawan.
Mungkin jika
Riau selalu masuk berita nasional dan menjadi trending topik karena prestasinya
kami akan berbangga. Namun saat ini kondisinya berbeda, daerah yang sangat kami
banggakan, tanah yang memiliki kekayaan alam luar biasa, bumi yang mengandung
gas dan minyak bumi berlimpah, negeri kaya yang memiliki kebun karet dan sawit
serta hutan penghasil bubur kertas katanya. Provinsi yang katanya menjadi salah
satu penyumbang terbesar devisa negara. Entah lah itu, kami hanya rakyat kecil
yang tak terlalu paham tentang semua itu.
Disaat kami
sibuk memakai masker dan tetap menjalankan aktifitas sehari-hari, mungkin
mereka sedang duduk santai dimobil mewahnya. Tinggal menekan tombol kaca mobil
pun akan tertutup rapat. Udara segar pun keluar melalui lubang AC. Ruang kantor
pun tertutup dan disuplai oleh AC disana sini. Sungguh kontras dengan
saudara-saudara kami yang sibuk memadamkan api dilahan gambut. Perih mata
mereka untuk memadamkan api entah siapa yang membakarnya. Sibuk dijalanan yang
masih membagikan masker.
Ini bencana,
ini disengaja, terbakar atau dibakar, ini itu entah apa yang sedang
diperdebatkan. Yang jelas ini masalah yang sudah sering terjadi. Kami hanya
bisa berharap kepada siapa pun itu yang memiliki wewenang dan kewajiban untuk
menyelesaikan tugas ini. Mudah-mudahan anda selalu diberi kesehatan dan
semangat. Terima kasih atas tugas anda yang telah berusaha menyelamatkan hidup
kami. Dan untuk semua yang tidak sengaja berbuat ulah dan menimbulkan merananya
langit riau ini, segeralah bertobat dan jangan pernah berbuat salah lagi.
Mudah-mudahan Allah yang maha adil mengampuni.
No comments:
Post a Comment